Rabu, 21 Oktober 2009

Ayat Favorit

… Ayat Favorit …

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat... (QS 2:256)
tidak ditambah atau dikurang sedikitpun. Di copy dari Quran digital.

Ini ayat favorit bagi sebagian orang. Dijadikan dasar untuk meng”halalkan” perbuatan apapun. Nggak tau artinya, nggak tau maknanya, pokoknya asal comot. Digunakan untuk melegitimasi perkawinan beda agama. Dipakai untuk membela orang yang mengaku Muslim namun meninggalkan sholat dan tidak mau mengerjakan ibadah-ibadah wajib lainnya. Digunakan sebagai justifikasi untuk memperbolehkan, membela dan memperjuangkan siapapun keluar dari agama yang sudah dianutnya sejak masih dalam kandungan. Ayat ini sungguh-sungguh jadi ayat favorit buat sebagian orang.

Saya coba ngobrol dengan beberapa orang Ustadz, baca artikel yang relevan, dan saya akan menceritakannya kembali untuk anda. Semoga bermanfaat untuk anda (jangan lupa doain para ustadznya supaya tetap istiqomah... J)

Kita mulai dengan yang pertama; Sebab-sebab turunnya ayat.
Cerita ini bermula dengan seorang sahabat yang dulunya beragama Yahudi. Ia bukan hanya sudah menjadi Muslim, tapi juga menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan ia rasakan kenikmatan sebagai seorang Muslim. Karenanya, ia berusaha agar anaknya yang sudah dewasa juga masuk Islam. Ia pun mengajak, menasihati, membujuk, sampai memerintah agar anaknya itu masuk Islam. Namun, anaknya tetap tidak mau, sampai akhirnya ia memaksa anaknya itu untuk masuk Islam. Ketika sudah sampai pada tingkat pemaksaan, maka turunlah ayat ini yang melarang kaum Muslimin memaksa orang kafir untuk masuk agama Islam, meskipun anaknya sendiri.

Jadi konteks ayat ini adalah: seseorang yang berada di luar Islam tidak boleh dipaksa untuk masuk ke dalam agama ini.

Namun, ketika seseorang sudah menyatakan diri masuk ke dalam Islam, ia sebenarnya bukan dipaksa. Tetapi, dituntut untuk disiplin dalam Islam dan ini berlaku dalam hal apa pun.
Misalnya, seseorang tidak dipaksa untuk melamar kerja di suatu perusahaan. Namun, ia melamarnya dan ia pun diterima sebagai karyawan di perusahaan itu. Sehingga, berlakulah segala ketentuan di perusahaan itu terhadap dirinya yang harus dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan. Untuk menegakkan kedisiplinan itulah, kadangkala seseorang merasa dipaksa. Padahal, sebenamya hal itu sebagai konsekuensi dari kesediaannya untuk memasuki suatu perusahaan. Demikian pula halnya dengan masuk Islam, yang menuntut orang untuk disiplin dalam menjalani kehidupan, sebagaimana yang ditentukan oleh ketentuan Islam.

Besok, InsyaAllah, seorang ustadz mau bercerita lebih panjang (sedikit J) tentang konsekwensi ketika kita menyatakan diri kita sebagai seorang Muslim..

... Hanya Allah Yang Maha Benar ...

Selasa, 06 Oktober 2009

Berdiri Selamanya

… Berdiri Selamanya …

Kulihat mereka berdiri di depan kelas, memandang kami dengan wajah teduh. Lalu meluncur kalimat-kalimat bijak. Intonasinya terkadang lembut namun tidak jarang meninggi bagi sebagian yang tidak memperhatikan. Dari mereka aku mengetahui sesuatu. Aku paham mana yang harus dilakukan dan garis yang tidak boleh dilewati. Aku sadar bagian mana yang harus dikerjakan dahulu dan sisi mana yang bisa dilakukan kemudian. Dari mereka aku bisa melakukan sesuatu. Aku masih mengenali suaranya, masih mengingat apa-apa yang diajarkan. Hingga kini.
Aku sudah berjalan sedemikian jauh. Meninggalkan mereka. Namun mereka masih berdiri di depan kelas. Mengajarkan kepada generasi berikutnya, persis seperti yang dulu pernah kami terima.

Aku masih menyimpan hasrat. Menjadi bagian dari mereka. Mengajarkan kepada sebanyak-banyak orang tentang kebenaran. Tentang kenapa manusia diciptakan. Tentang kearah mana hidup akan berkesudahan. Tentang siapa kita sebenarnya. Tentang bagaimana mendudukan dengan benar posisi manusia dengan Tuhan. Tentang sesuatu yang harus dilakukan dan harus ditinggalkan. Aku ingin menjadi bagian dari mereka. Orang-orang yang menjadi jalan bagi kesuksesan orang lain. Buat mereka, jerih payah terbayar lunas kalau anak didiknya hidup mulia dan bermanfaat bagi orang lain. ”Cukuplah bagi kami amal jariyah berupa ilmu yang bermanfaat yang pahalanya tiada berakhir”, begitu penuturannya.

Gedung sekolah boleh berganti, namun mereka tetap berdiri di depan kelas. Sungguh, aku berharap suatu saat bisa jadi bagian dari mereka.

... Hanya Allah Yang maha Benar ...