… Ayat Favorit …
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat... (QS 2:256)
tidak ditambah atau dikurang sedikitpun. Di copy dari Quran digital.
Ini ayat favorit bagi sebagian orang. Dijadikan dasar untuk meng”halalkan” perbuatan apapun. Nggak tau artinya, nggak tau maknanya, pokoknya asal comot. Digunakan untuk melegitimasi perkawinan beda agama. Dipakai untuk membela orang yang mengaku Muslim namun meninggalkan sholat dan tidak mau mengerjakan ibadah-ibadah wajib lainnya. Digunakan sebagai justifikasi untuk memperbolehkan, membela dan memperjuangkan siapapun keluar dari agama yang sudah dianutnya sejak masih dalam kandungan. Ayat ini sungguh-sungguh jadi ayat favorit buat sebagian orang.
Saya coba ngobrol dengan beberapa orang Ustadz, baca artikel yang relevan, dan saya akan menceritakannya kembali untuk anda. Semoga bermanfaat untuk anda (jangan lupa doain para ustadznya supaya tetap istiqomah... J)
Kita mulai dengan yang pertama; Sebab-sebab turunnya ayat.
Cerita ini bermula dengan seorang sahabat yang dulunya beragama Yahudi. Ia bukan hanya sudah menjadi Muslim, tapi juga menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan ia rasakan kenikmatan sebagai seorang Muslim. Karenanya, ia berusaha agar anaknya yang sudah dewasa juga masuk Islam. Ia pun mengajak, menasihati, membujuk, sampai memerintah agar anaknya itu masuk Islam. Namun, anaknya tetap tidak mau, sampai akhirnya ia memaksa anaknya itu untuk masuk Islam. Ketika sudah sampai pada tingkat pemaksaan, maka turunlah ayat ini yang melarang kaum Muslimin memaksa orang kafir untuk masuk agama Islam, meskipun anaknya sendiri.
Jadi konteks ayat ini adalah: seseorang yang berada di luar Islam tidak boleh dipaksa untuk masuk ke dalam agama ini.
Namun, ketika seseorang sudah menyatakan diri masuk ke dalam Islam, ia sebenarnya bukan dipaksa. Tetapi, dituntut untuk disiplin dalam Islam dan ini berlaku dalam hal apa pun. Misalnya, seseorang tidak dipaksa untuk melamar kerja di suatu perusahaan. Namun, ia melamarnya dan ia pun diterima sebagai karyawan di perusahaan itu. Sehingga, berlakulah segala ketentuan di perusahaan itu terhadap dirinya yang harus dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan. Untuk menegakkan kedisiplinan itulah, kadangkala seseorang merasa dipaksa. Padahal, sebenamya hal itu sebagai konsekuensi dari kesediaannya untuk memasuki suatu perusahaan. Demikian pula halnya dengan masuk Islam, yang menuntut orang untuk disiplin dalam menjalani kehidupan, sebagaimana yang ditentukan oleh ketentuan Islam.
Besok, InsyaAllah, seorang ustadz mau bercerita lebih panjang (sedikit J) tentang konsekwensi ketika kita menyatakan diri kita sebagai seorang Muslim..
... Hanya Allah Yang Maha Benar ...