Selasa, 19 Oktober 2010

Pondasi dan Cat Rumah

… Pondasi dan Cat Rumah …

Meskipun tidak selalu identik dengan kegagalan, perceraian dalam sebuah pernikahan selalu menyisakan duka yang mendalam. Terlebih bagi anak-anak yang masih memerlukan bimbingan. Itulah sebabnya perceraian itu dihalalkan meskipun tidak disukai.

Setelah lebih dari 7 tahun berprofesi sebagai konsultan pernikahan dan mengamati kasus-kasus yang terjadi, salah satu kesimpulan yang saya dapatkan adalah bahwa Prilaku kita sebelum menikah sangat menentukan langgeng tidaknya sebuah pernikahan. Setiap orang menginginkan pasangan yang baik, yang setia dan lain sebagainya. Namun sayangnya harapan ini tidak disertai dengan usaha yang maksimal untuk memperbaiki diri, menambah ilmu dan beramal. Sementara sudah menjadi hukum alam (baca: sunatullah) bahwa seseorang akan mendapatkan yang sesuai dengan dirinya. Jika ia baik, maka akan mendapatkan pasangan yang baik pula, demikian juga sebaliknya.
Maka, jangan buru-buru marah dan menyalahkan pasangan, dia berbuat atau bersikap demikian bisa jadi karena kita juga berbuat dan bersikap serupa dengannya.

Kesimpulan lainnya adalah perkara pondasi dan cat rumah. Banyak orang mengira bahwa cinta adalah pondasi sebuah rumah tangga. Bagi saya cinta itu seperti cat rumah. Ditahun-tahun awal, ia begitu indah, cemerlang dan tampak mempesona. Tunggulah saat hujan dan panas datang. Apalagi kalau datang banjir. JIka cat itu tidak diperbaharui, maka ia akan kusam dengan sendirinya. Bahkan dinding yang dilindunginyapun akan mengelupas tanpa bekas.
Seperti itulah cinta sepasang manusia. pertama cinta dapat tumbuh, lalu mempesona dan seiring dengan berjalannya waktu dapat menjadi kusam membosankan.
Pondasi adalah bagian terpenting dari sebuah rumah. Niat yang benar dan terhujam dengan kuat bagaikan pondasi yang saya maksud. Niat untuk melangsungkan pernikahan, menjaganya hingga akhir hayat bagaikan pondasi yang menjaga rumah untuk terus tegak berdiri. Maka mari kita bicara mengenai warna rumah setelah kita memastikan bahwa pondasi kita sudah dibangun dengan benar dan kuat.

Satu fakta menarik berikutnya adalah bahwa biaya yang dikeluarkan seseorang selama sebelum pernikahan (include biaya resepsi) berbanding terbalik dengan usia pernikahan. Semakin besar seseorang mengeluarkan biaya (baca: resepsi) maka semakin pendek usia pernikahan. Thesis ini dibangun atas dasar; ketika sesorang mengeluarkan biaya resepsi pernikahan, sebenarnya dirinya tengah membangun sebuah harapan/ekspektasi. semakin besar biaya, semakin besar pengharapan, semakin besar ia membangun kebanggaan itu.
Begitu besarnya hingga lupa bahwa tidak ada manusia yang sempurna bahkan juga dirinya. Lupa bahwa manusia bisa menjadi tua, bisnis dan usaha bisa hilang seketika. Ia lupa bahwa menikah adalah sebuah permulaan bukan tujuan akhir.
Maka, sederhana adalah pilihan bijak. Sederhana itu sesuai dengan kebutuhan. sewajarnya. Tidak berlebih-lebihan.

Saya mendoakan pernikahan saya dan Bapak/Ibu semuanya dirahmati Allah, hingga melahirkan generasi harapan.

… Hanya Allah Yang Maha Benar …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar