Senin, 29 Maret 2010

Setumpuk Harapan

 … Setumpuk Harapan …

Muhammad Hafizh Arrantisi
ya…, itu namamu kini nak
Ingatlah.., dirimu seorang muslim,
akan hidup dengan cara-cara muslim
dan jika mati, harus dalam keadaan muslim..!!

Nama depanmu adalah  Muhammad,
Karena tertulis didepan, persis seperti namamu, maka Beliau adalah pemimpinmu
Penghulu umat ini adalah teladanmu
Semoga engkau termasuk dalam barisan orang-orang yang menghidupkan sunnahnya
Semoga Beliau kelak memberikan syafaatnya padamu

Hafizh adalah nama tengahmu
Ini adalah cita-cita yang belum sanggup kami lakukan
Janji yang belum terpenuhi
Sejarah yang belum bisa dicatatkan oleh pendahulu keluarga ini
Kami berharap engkau membaca, menghafal dan mengamalkan AlQuran lebih hebat dari kami
Semoga engkau sanggup meneruskan cita-cita ini…
Dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya.

Arrantisi…. itu adalah nama belakangmu
Sejujurnya ayahpun tidak tahu apa arti kata itu
Ayah mengambilnya dari nama salah seorang pejuang yang telah syahid
disebuah negri yang jauh bernama Palestina
Ayah ingin engkau memiliki semangat para pejuang
Yang tidak rela harga diri, tanah air dan agamanya diinjak-injak oleh penjajah

Camkan baik-baik..
Ayah ingin engkau bersikap layaknya para mujahid
Yang tidak rela saudara-saudaranya dizholimi, ditindas dan dianiaya sedemikian  rupa
Ayah ingin engkau memiliki sikap ini…
walau hanya dengan doa… meskipun hanya lewat tulisan
Walau hanya dengan recehan yang engkau sisihkan..

Besar nanti..
Jaga baik-baik  ibu dan kedua saudarimu

  Hanya Allah Yang Maha Benar …

Sabtu, 27 Maret 2010

Tak Perlu Malu Tak Perlu Takut

… Tak Perlu Malu – Tak Perlu Takut …
Menyaksikan dua orang  ini mengingatkan saya akan perbincangan Umar Ibn khattab dengan Rasul saw. Seperti yang pernah diceritakan seorang Ustadz beberapa waktu lalu.  Dua orang yang paling saya kagum itu tengah berbincang tentang fase dakwah.
Saat itu Umar bertanya kepada Rasul saw: “Ya Rasul saw, bukankah kita berada di atas kebenaran dan mereka berada di atas kebathilan ?”.
“Benar…” Jawab Rasul saw.
“Bukankan jika kita mati memperjuangkan agama ini maka kita akan masuk surga dan mereka akan masuk ke dalam neraka…??”.
“Benar” Kata Rasul saw. “Lalu mengapa kita takut mendakwahkan agama ini kepada mereka, mengapa kita sembunyi-sembunyi..??”  Umar ingin dakwah ini dilaksanakan secara terang-terangan, tidak sembunyi-sembunyi. Tidak takut-takut.
Maka sejak itu dakwah berubah dari fase sembunyi-sembunyi ke terang-terangan.
Maka saya memberanikan diri menyapa dua orang berkepala plontos dan berpakaian gombrong-gombrog, berwarna merah kecoklatan, yang kemudian saya tahu bahwa mereka beragama Budha.
“Darimana mau kemana Pak…?.”  
“Palembang ke Jakarta Pak.” Jawabnya singkat.
“Maaf Pak, boleh kita ngobrol-ngobrol…? saya tertarik dengan pakaian Bapak berdua..” Dengan bahasa tubuh seolah-olah ingin tahu saya memulai pembicaraan…
”Oh boleh…, kenapa…?”
“Pakaian apa ini Pak…??” sambil menunjuk sopan kepakaian yang mereka kenakan.
“Oh… ini pakaian Biksu”
“Apakah Biksu berarti Ustadz dalam agama Islam…?”
“ Ya” jawab mereka.
“Kalau boleh…, saya ingin ngobrol-ngobrol soal agama  Bundha..??”
“Boleh, anda bisa bertanya apa saja..” jawabnya kali ini.
Saya muslim, orang tua saya muslim dan anak-anak saya juga muslim. Namun saya tertarik dalam bidang perbandingan agama. Penjelasan ini saya berikan agar mereka jelas ada diposisi mana saya berdiri. (Biar fair… J)
“Apa perbedaan Biksu dan umat biasa..??”
“Tidak boleh menikah….”
Kening saya langsung berkerut… berat sekali cobaan bapak ini… (bayangin,  nggak boleh nikah… ???)
“Apalagi Pak…?.”
“Tidak ada yang lain, semua sama”.

Saya mencoba mengalihkan pertanyaan kepada biksu yang lebih muda,
“Boleh saya tahu berapa umur anda…??”
“Dua puluhan lah…”  jawabnya sambil senyum. Entah nggak mau terbuka apa emang bener-bener lupa nih biksu.
Kapan tepatnya Bapak memutuskan untuk menjadi seorang Biksu…?? Lagi-lagi jawabannya dua puluhan… (kayanya nggak yakin nih Biksu…??)
“Apa yang membuat anda memutuskan menjadi seorang biksu…??
Dia senyum, berfikir agak lama dan menjawab “Waduh apa yah… nggak tau deh…” sambil lirik-lirikan sama biksu seniornya (minta jawaban kali ya… J)
Saya masih mau bertanya soal kosep Ketuhanan, saya masih ingin bertanya soal kitab sucinya, Saya juga berkeinginan untuk bercerita tentang menikah dalam agama Islam dll, namun sayang sekali, panggilan terakhir pesawat yang mereka tumpangi sudah terdengar…
“Boleh saya minta alamat e-mailnya Pak…??” mereka menggelang dan mengatakan tidak punya. Dan kamipun berpisah.
Hidayah Allah yang punya, hasil bukanlah murni urusan kita, namun pertanyaannya adalah…?? Bukankah kita seorang Muslim…?? bukankah kita berkewajiban mengenalkan Allah swt kepada siapa saja yang belum mengenalnya… lalu kenapa malu…?? mengapa takut… ?
Lain waktu, jika saya bertemu biksu, pendeta, biarawati atau yg lainnya dibandara… maka saya akan mengajaknya berbincang soal keyakinan.
Saya kembali terbayang biksu muda berumur dua puluhan… nggak boleh nikah…??? kasihan sekali orang itu…&*^)_)*&*_
… Hanya Allah Yang Maha Benar …

Selasa, 23 Maret 2010

Saat Akhir Rasul saw

Cerita dari teman…
Saat-saat akhir hidup orang paling mulia ini mudah2an bisa membuat hati pagi ini jernih… mudah2an bisa memaksa lisan kita lebih banyak mengucap sholawat dan salam untuknya (sebagai tanda cinta padanya)…, mudah2an bisa memerintahkan anggota badan yang lain untuk semakin banyak melakukan sunnah2nya…

... Air Mata Rasul saw …

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. "Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" "peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,ummatii,ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
… Hanya Allah Yang Maha Benar …

Senin, 22 Maret 2010

Do'a Kami Pagi Ini

… Do’a Kami Pagi Ini …

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin…
Segala puji bagimu ya Allah, telah Engkau perpanjang nafas kami hari ini…, Engkau berikan pada kami kesempatan untuk bertobat atas dosa-dosa yang telah lalu. Jika Engkau matikan kami tadi malam, niscaya kami benar-benar merugi.
Terima kasih Ya Allah…, Engkau masih izinkan kami untuk meminta maaf kepada orang-orang yang telah kami sakiti, jika Engkau berkehendak tidak membangunkan kami shubuh tadi… maka pastilah kami menanggung hutang yang tak kan pernah sanggup kami bayar…

Terima kasih ya Allah… Engkau masih izinkan kami melihat indahnya hari ini. Matahari yang bersinar terang, keluarga yang mencintaiku, rezeki yang berlimpah…
Ya Allah, perkenankan kami  memperbanyak amal ibadah dihari ini. Shalat lebih khusyuk, sujud lebih panjang, doa lebih dalam, beramal lebih ikhlas… . semuanya…semuanya, sebagai bekal untuk perjumpaan dengan Mu kelak….,
Ya Allah, condongkan hati kami hari ini untuk tetap berada di jalan Mu, jaga kami dari maksiat yang selalu ada setiap saat…, bimbing kami dari tipu daya setan yang terus menerus menggoda tanpa henti…

Ya…Allah, jadikan hari ini barokah untuk kami. Jadikan hari ini ilmu kami bermanfaat. Tuntun kami agar mulai hari ini hingga nanti…, hidup kami tidak menjadi beban bagi orang lain. Untuk setiap jiwa yang sedang kesulitan…, berikan jalan keluar. Untuk setiap diri yang dizolimi…, berikan ketabahan. Berikan perlindungan untuk mereka yang hidup dijalan-jalan. Berikan kemudahan bagi mereka yang berjuang mencari rizqi yang halal untuk diri dan keluarganya…
ya Allah…, untuk saudara-saudara kami dibelahan dunia yang lain…, berikan kekuatan dan kemenangan yang datangnya hanya dari Mu.

Ya Allah…, izinkan kami bertemu dengan teladan kami , Muhammad saw, kelak…  perkenankan kami melihat wajahnya…
Matikan kami dalam keadaan berserah diri. Dalam keadaan tunduk dan patuh kepada Mu. Dalam keadaan bebas dari hutang.
Dalam keadaan beribadah kepada Mu…

… Hanya Allah Yang Maha Benar …

Sabtu, 13 Maret 2010

Bupati Malang

... Bupati Malang ...
Semenjak adanya fenomena artis yang terjun kedunia politik, maka sebenarnya kita tidak perlu kaget jika suautu hari ada artis yang menduduki posisi wakil rakyat atau bahkan kepala pemerintahan. Tinggal menunggu waktu. Tidak peduli apapun latar belakangnya. Meskipun kita harus husnudzon juga, tidak semua artis memiliki predikat “hitam”.
Tetapi berita tentang rencana dipinangnya Inul Daratista –si goyang ngebor- untuk menjadi Bakal Calon Bupati Malang tetap saja mengagetkan saya. Dr Adian Husaini dalam bukunya Membendung Arus Liberalisme menaruh perhatian besar terhadap sosok yang satu ini. Inul yang muncul diawal 2000-an dan terkenal dengan aksi goyang panggunggnya adalah pioneer. Aksi-aksi lebih erotis dan lebih masal  bermunculan sejak itu. Bahkan anak-anak mencontoh aksinya di depan TV.
Popularitasnya yang terus naik menjadi pertanda bahwa masyarakat semakin rusak. Dukungan dan simpati terhadapnya adalah simbol kalahnya nilai-nilai moralitas masyrakat. Inul adalah icon. Icon memudarnya nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan dari TK hingga perguruan tinggi.
Yang lebih memprihatinkan (menurut saya…) bahwa partai yang meminangnya adalah PKB. Ya, DPC PKB Malang lewat ketuanya mengatakan diTV bahwa semenjak wacana ini bergulir maka antusiasme warga semakin besar terhadap PKB Malang.
Partai yang katanya dihuni oleh banyak Kiai ini ingin meraih simpti masyarakat dengan meminang Inul sebagai Bakal calon Bupati Malang… , semoga saja ini bukan sikap resmi PKB pada akhirnya. Namun jika ya…, rasanya saya ingin mengajak Bapak dan Ibu segera memiliki KTP Malang supaya terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada nanti …
… Hanya Allah Yang Maha Benar …

Kamis, 11 Maret 2010

Secangkir Kopi di Dunkin Donuts

Dari sekian banyak alasan menulis, jangan mencontoh adalah salah satunya. Poin ini jarang dibuat menjadi tulisan karena khawatir ketika jadi bacaan atau wacana, orang malah bertindak sebaliknya.

... Secangkir Kopi di Dunkin Donuts ...

Karena perencanaan yang kurang matang, saya datang jauh lebih awal. Datang jam 2 sementara janji jam 4. Saya langsung masuk parkiran metropolitan mall, pintu tol Bekasi Barat. Masih dua jam. Hati langsung condong ketika terdapat banner besar di depan gerai Dunkin Donuts bertuliskan free hotspot here. Saya pikir, lumayan buat buka-buka e-mail sambil nunggu. Secangkir kopi hitam panas plus 2 buah donut besar, Rp. 28.000 rupiah ribu saya bayar lunas dikasir.

Setelah duduk dan sambil menyalakan komputer, saya melihat digerai ini ada semacam plakat besar tertempel didinding. Berkisar 1 x 2 meter besarnya, berisikan sejarah panjang perjalanan Dunkin Donuts. Disitu tertulis, tahun 1948 pertama kali Dunkin Donut membuka gerai, kemudian tahun demi tahun yang dianggap memiliki arti tersendiri. Mata saya tidak bergerak  disatu baris ketika tertulis ditahun itu DD membuka gerai-gerai pertamanya di luar Amerika dan salah satunya adalah Israel.

"Deg...!!"
" Emangnya situ nggak tau kalau DD diindikasikan sebagai unit bisnis yang paling komit membela kepentingan si penjajah, emangnya situ nggak baca apa kirim-kiriman e-mail dari temen-temen yang bertuliskan boikot dan ada lambang DD disitu. emangnya di mall ini nggak ada apa tempat laen selain disini yang ada hotspotnya...??? woi denger baik-baik, emangnya situ nggak bisa maksain badan ente ape buat nggak masuk kesini..???, emangnya  nggak ada apa tempat laen yang makanannya enak dan nyaman buat tempat nunggu...?"
Saya hanya terdiam, waktu hati kecil maki-maki barusan.

"Perasaan baru kemarin loe denger berita diTV bahwa sibiang kerusakan ini berniat membangun lagi 1600 rumah didaerah Jerusalem, di atas tanah saudara-saudaramu, catat itu...!!!, loe kira darimana duitnya...??? dari Hongkong...??? ya itu, dari 28.000 duit yang loe belanjaian. Kali dah tuh dengan 100 juta orang. Kali lagi dah tuh dengan jumlah negara-negara Muslim. abis itu bayangin dah tuh duitnya ditransfer buat ngeratain tanah dan bangun rumah yag gua bilang barusan."
Suasana makin sunyi sesenyap di dalam sini.

" Kan udah gua bilang buat makin ati-ati, ati-ati,,,!!! kan loe sendiri yang udah sering bilang keorang-orang, bahwa tiap orang harus berbuat sesuai dengan kemampuannya. Masa sih nggak nyokong negara zionis ini dengan memilih tidak membelanjakan uang disono aja loe nggak bisa...???, kalau itu aja nggak bisa, apa gunanya loe idup...?? gimana kita mau melangkah yang besar kalau yang kecil-kecil aja gagal...???"

Astagfirullah...,
Tulisan ini  saya buat dengan harapan bisa menahan aliran dana ke Yahudi laknatullah, berapapun.... sungguh berapapun...!!!
Dan semoga setidaknya memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah dibuat.

... Hanya Allah Yang Maha Benar ...